Catatan Sejarah “Detik detik Gus Dur Menjadi Presiden Ke 4 Republik Indonesia”

Cirebon Online

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Kota Cirebon, – Detik-detik terpilihnya seorang Santri Jadi Presiden RI, menjelang pergantian abad 21, atau tepatnya 20 Oktober 1999 dan menjadi sebuah kejutan besar bagi bangsa Indonesia bahkan masyarakat dunia.

Karena dari latar belakang seorang santri bernama KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur akhirnya terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia (RI) Ke-4.

Tak terbayangkan oleh siapa pun nama Abdurrahman Wahid bakal terpilih menjadi presiden. Sejarah ini di paparkan oleh tokoh politik kota Cirebon Ir. Sunoto pada saat detik detik Gus Dur jadi presiden Republik Indonesia ke 4, di RM. Lawang Abang. Minggu (19/5/2024).

Disampaikan Ir. Sunoto, tokoh Nahdlatul Ulama (NU) itu terpilih sebagai orang nomor satu RI secara mengejutkan. Terpilihnya Gus Dur sebagai presiden pun dibumbui drama panjang dari sejumlah nama besar seperti Amin Rais, BJ Habibie hingga Megawati Soekarnoputri.

” Inilah detik-detik lahirnya pemimpin besar yang hingga kini namanya tak pernah mati, yaitu Abdurrahman Wahid,” katanya.

Lanjut Ir. Sunoto, pada saat itu mundurnya Habibie seisi ruangan sidang terkejut ketika Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), lembaga tertinggi negara saat itu, menyatakan mosi tidak percaya terhadap BJ Habibie.

Habibie, presiden di masa transisi Orde Baru ke Reformasi, mendapat serangan dari hampir seluruh anggota MPR kala itu. Laporan pertanggungjawabannya dimentahkan.

Penolakan ini membuat Habibie mengurungkan niatnya maju sebagai presiden RI lagi. Dan, sebelum Sidang Umum MPR digelar, Habibie mengumumkan keputusannya yang menggegerkan itu, mundur dari arena pencalonan.

“Praktis, gelanggang pemilihan presiden menjadi milik berdua, antara Gus Dur yang mewakili Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Megawati Soekarnoputri yang memimpin PDI Perjuangan,” ungkapnya.

Menurutnya Gus Dur siap bertarung dengan Megawati dan banyak pihak mengira pertarungan akan dimenangkan oleh Megawati.

Sebab, selain suara PDI-P yang lebih besar dari PKB di pemilu, kondisi fisik Gus Dur ketika itu sudah payah. Saat itu, PKB mendapat kurang dari 13 persen suara di pemilu.

Sedangkan PDI-P memenangkan lebih dari sepertiga suara total. Ketika pemilihan pun, Gus Dur sudah tak bisa melihat, untuk berjalan pun sulit.

“Padahal setahun sebelumnya, dia baru sembuh dari serangan stroke,” tutur Ir. Sunoto.

Diapun menambahkan, pemilihan terus berjalan, menghadapkan Gus Dur dan Megawati. Pada saat awal penghitungan suara, seolah Megawati bakal unggul.

Namun, ketika proses penghitungan sudah berjalan dua per tiga, masing-masing mengumpulkan 250 suara. Selanjutnya, tampak suara Gus Dur terus merangkak naik, kian jauh meninggalkan Megawati.

Jalannya penghitungan suara pun berlangsung amat tegang. Akhirnya, tak disangka, Gus Dur berhasil unggul dengan mengantongi 373 suara, 60 suara lebih banyak dari Mega.

“Berita mengejutkan ini pun tersiar ke seluruh penjuru negeri, juga dunia,” ucapnya.

Di tengah keriuhan itu, Gus Dur masih bisa tenang dan santai. Sementara, istri Gus Dur, Sinta Nuriyah, dan putrinya, Yenny Wahid, juga berdiri tenang di sisi Megawati.

Wajah keduanya hampir dapat menyimpan rasa terkejut dengan sempurna. Masih dalam suasana ingar bingar dan sorak sorai, Gus Dur menjadi Presiden.

Momen menjelang KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menjadi Presiden adalah pertemuan Amien Rais dengan Gus Dur. Dia menceritakan sejarah Gus Dur berhasil menjadi presiden di era reformasi.

Ir. Sunoto pun mengisahkan, detik-detik terpilihnya Gus Dur menjadi presiden. Beberapa jam sebelum penghitungan suara dimulai, kebanyakan orang menganggap bahwa Megawati akan melaju untuk meraih kemenangan. Sebab pada Pemilu, partai PDI-P yang mengusung Megawati, meraih suara terbanyak.

Namun kejutan muncul, dimulai ketika Habibie (incumbent) yang diusung Partai Golongan Karya (Golkar) mengumumkan pengunduran dirinya dari calon presiden. Praktis, hanya tersisa Gus Dur dan Megawati.

Pemilihan presiden, kala itu masih menggunakan sistem pemilihan yang dilakukan oleh anggota MPR. Ketika penghitungan mulai dilakukan, Megawati pada awalnya memimpin, namun perlahan namun pasti, perolehan suara Gus Dur yang disokong kubu Poros Tengah dapat mengimbangi perolehan suara Megawati.

Bahkan, keadaan menjadi berbalik ketika pada penghitungan akhir Gus Dur mengumpulkan 60 suara lebih banyak. Gus Dur jadi Presiden! Dengan diiringi lantunan sholawat badar, Gus Dur dibantu berdiri dan dibimbing podium untuk disumpah menjadi presiden. Pungkasnya. (Red/*)

Spread the love